Kritik Arsitektur Gedung Kesenian Jakarta
Bangunan yang selalu dipertahankan
bentuk fasadnya sejak awal berdiri. Sehingga terlihat bahwa bangunan ini
seperti bangunan lama yang monumental. Jika masuk lebih dalam ternyata lebih
terasa bahwa bangunan ini memiliki skala yang monumental. Karena di bagian
depan bangunan atau lobby bangunan kita disambut dengan kolom-kolom besar yang
menjulang tinggi dan besar.
Saat masuk ke dalam bangunan
kita diberi dua ruang tunggu di sebelah kanan dan kiri. Semua pembagian terasa
sama karena bentuk ruang yang ada sama. Begitu juga detail dan interior yang
ada. Namun tidak dengan fasilitas pendukung menuju ruang-ruang servis seperti
toilet. Pada bagian kiri bangunan terdapat ramp untuk pengguna kursi roda yang
ingin menuju toilet. Namun disebelah kanan bangunan tidak memiliki ramp.
Ramp yang ada disebelah kiri
bangunan jika dilihat lagi sepertinya masih memiliki kekurang dari segi
dimensi. Karena ukuran yang tidak sesuai dengan ukuran kursi roda itu sendiri.
Selain itu pintu pada toilet sendiri belum dapat mengimbangi ukuran kursi roda.
Bukan hanya itu dimensi ruangdan fasilitas lainnya pada bilik toilet tersebut
juga masih tidak dapat dikatakan sebagai fasilitas penunjang untuk kaum
penyandang disabilitas.
Dapat dikatakan fasilitas yang
disediakan untuk pengguna kursi roda hanya sekedar ada. Tidak diperhatikan
kembali keamanan dan kenyamanan penggunanya. Atau mungkin karena pengguna
Gedung Kesenian Jakarta sendiri tidak terlalu banyak yang pengguna kursi roda
sehingga fasilitas tersebut tidak diperhatikan secara lebih seksama.
Lepas dari itu semua pengelola
tetap memperhatikan kenyamanan pengguna didalam ruang pertunjukan itu sendiri.
Ruang pertunjukkan yang klasik dapat kita rasakan saat kita memasuki ruang pertunjukkan.
Furniture-furniture pendukung seperti lampu dan kolom-kolom yang berbentuk
klasik sangat indah terlihat. Perpaduan warna merah dan material kayu dengan
beberapa ukiran terasa lebih untuk bangunan klasik. Susunan bangku dengan
beberapa berada diatas podium menambahkan rasa bangunan tersebut merupakan
bangunan klasik Belanda.
Ruang pertunjukkan yang tidak
memuat banyak orang didalamnya membuat kita sebagai pengunjung atau penonton
dapat lebih menikmati lebih dekat pertunjukan yang ada. Setelah masuk kedalam
ruang pertunjukan tersebut terasa seperti masuk kedalam gedung pertunjukkan
klasik yang berada diluar negeri. Saat pertunjukkan mulaupun suara dan cahaya
yang ada sangat baik. Suara yang ada dapat terdengar jelas walau kita duduk
dibelakang atau bahkan di bangku podium diatas.
Untuk fasilitas penunjang
seperti kantin, musholah dan kantor menejemen berada diluar gedung
pertunjukkan. Untuk kantor menejemen gedung masih sama dengan gedung
pertunjukkannya yaitu dengan konsep klasik pada bangunannya. Pintu kaca model
lama digunakan pada kantor menejemen. Selain itu lantai yang digunakan juga
lantai tegel model lama. Namun berbeda dengan gedung pertunjukkan dan kantor
menejen mushola dan kantin adalah ruang tambahan yang baru ada beberapa tahun
belakang. Bentuknya sudah terkena konsep modern.
No comments:
Post a Comment